Posts

Showing posts from April, 2013

Om (Ω) Kuning

Hujan turun menghujam bumi Menyebarkan bau khas yang ku suka untuk menyendiri Om kuning kabur dalam diam dan sunyi Menjadikan kapas putih menutup diri Mereka ―yang bernapas― berlari mencari perlindungan sang mentari Deru mesin melemah tertutup oleh jeritan hujan saat ini Sang hijau melambai... Ku berikan senyuman hangat dari balik kaca penuh duri Waktu cepat berlalu... Om kuning muncul malu-malu Menyuruh kapas putih untuk menyebar haru Panas keluar dari tubuh ku Menimbulkan butir-butir peluh... Perlahan mulai keluar dari tempat persembunyian yang kaku Orbit warna-warni menghiasi langit yang layu Indah, pastinya... Jika aku dapat memilih jalan hidup, Aku ingin hidup seribu tahun lagi bersama sang penguasa langit NB : "Aku mau hidup seribu tahun lagi" - Chairil Anwar Made by @dilaodilo Edited by @violitatos Comment by Ira

Warna Kenangan

Kata mereka, mengingat masa lalu dapat merusak kesehatan Kata mereka, mengingat masa lalu sama dengan bunuh diri Kata mereka, mengingat masa lalu dapat di jadikan sebuah pembelajaran bukan beban semata Kata mereka, mengingat masa lalu itu rumit Kata mereka, mengingat masa lalu itu Indah Kata mereka, mengingat masa lalu itu… Akhh hentikan. Hatiku sesak melihat kata terakhir tersebut. Mengapa harus ada yang tersakiti sementara yang lainnya berbahagia?   Entahlah. Sering kali, Aku menanyakan mengapa dan kenapa tetapi, hanya ketidakpastian yang ku dapat. Setiap orang memliki masa lalu yang berbeda-beda tetapi serupa. Kadang kala kita salah mengartikan masa lalu. Ada sebagian dari mereka untuk memilih melangkah kedepan tanpa melihat kebelakang atau memilih untuk terjebak dalam masa lalu tersebut. Banyak orang menindaklanjuti masa lalu dengan warna yang bervariasi. Mungkin hanya dia—si pelaku—dan sang penciptanya yang mengetahui bagaiman motifnya. Hmm, men

Lelaki bodoh

Aku tahu, kasih Aku tahu, akan amukanmu Aku tahu, akan KAU Kau segalanya bagiku Di iringi hembusan nafas, dilengkapi kehangatan Hawa panas tubuhmu menjalar dalam aliran darahku Tapi duka ini tak sanggup ku tahan Maafkan aku yang pengecut ini Maaafkan aku yang egois ini Maafkan aku atas duka ku Sayangku, Kasihku, Pujaan hatiku Salam dariku, Lelaki bodoh yang telah menghancurkan hatimu PS : sebenernya ini pernah gue publish di  Wattpad . Jadi jangan kaget kalo ini sama hahaha LOL see ya guys and gals xxx

Sang Warna

Inginku mencari ‘warna’ untuk menghiasi hati yang hampa. Aku mencobanya. Tapi, tak satupun mereka memperindahku. Warna mereka tidak pas untukku. Hanya dia―warna yang telah pudar―yang mampu menghiasi. Hati hampa, hidup pun datar. Waktu berlalu cepat. Aku pun sadar akan sesuatu―yang sebagaimana akan membuatku malu―bahwa Aku mulai kesepian . Akankah aku menemukanmu wahai sang warna? Dimanakah engkau singgah? Orang bilang sendiri itu bebas. Tapi bagiku merupakan keterpurukan. Tiada hari tanpa warna yang menghiasi.  Apa salah jika memaksakan warna? Ya dan Tidak, karena Aku telah mencobanya. Terkadang memaksa mereka membuahkan hal baik dan buruk. Mungkin sebagian dari si penunggu membuahkan hasil yang bagus. Tapi, lain halnya denganku. Sang warna menjadi patah dan terkikis sehingga tak menyisakan satu pun untuk ku kenang. Malah menyisakan sayatan-sayatan kecil yang berbekas. Lantas apakah pantas hanya mempertahankan ego? Enta hlah, tanyakan saja ke pada warna karena Aku sen